Showing posts with label TEHNIK BUDIDAYA. Show all posts
Showing posts with label TEHNIK BUDIDAYA. Show all posts

Teknik Pengendalian Hama Dan penyakit Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Secara Kimiawi

Teknik pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai merah merupakan sebuah usaha untuk menjaga dan melindungi hasil panen panen dari proses budidaya. Pada tanaman cabai hama dan penyakit yang menyerang semuanya hampir sama. dan prinsip pengendaliannya juga relatif sama.

dari sini saya cuba untuk berbagi sedikit info yang saya dapatkan dari penelitian dan hasil ujicoba yang sudah dilakukan bahwa pengendalian hama dan penyakit tanaman khususnya cabai tergantung pada umur tanamannya. ini serius hahah... soalnya saya sudah cuba sendiri selama 3 musim berturut turut. 

mengapa saya mengatakan hanya di pengaruhi waktu..?? nah.. saya tak crito diluk...( cerita sebentar) xixxi..
Tanaman itu sejatinya adalah mahluk hidup yang jugg membutuhkan kasih sayang.. itu istilah saya..  tidak harus dengan pasangan juga.. tapi segala sesuatu yang kita mengharapkan sebuah imbalan pastilah kita harus memanjakannya.. ingat jaman cilik kalau mau minta apa apa pasti nuruuut banget ma ortu,.. xaxa g nyambung ya..?? tapi itulah mahluk hidup.. begitu juga dengan tanaman. perhatian kita.. kasih sayang kita terhadap tanaman sangat menentukan hasil yang akan kita peroleh darinya.

Langsung saja ok rek.. xixi.. gini.. tanaman itu punya umur atau fase pertumbuhan.. yaitu ada fase vegetatif dan generatif. apa itu fase vegetatif dan generatif..?? nah ayo jalan jalan ke dunia tanaman.

1. Fase vegetatif.
ini merupakan fase dimana tanaman masih dalam tahap pertumbuhan. ibarat manusia itu fase dari balita sampai dengan tingkat anak anak. nah jadi kalau panjenengan mpun nggadah yugo.. eehhh bablas.. maaf.. xixi nah.. pokoknya iti..intinya pada fase ini tanaman sangat rentan terhadap kondisi lingkungan.. makanan..dan perawatan yang kita berikan.. semuanya harus dalam takaran sedang.. gak boleh berlebih..tidak iloklek kata ibu ku.. xixixi
karena pada fase ini.. hama atau penyakit yang menyerang tanaman akan sangat berpengaruh pada nanti fase generatif nya.. spt penyakit yang paling di khawatirkan petani.. Virus Kuning.. kata petani gitu.. aku g akan menjelaskan ini virus ini.. brosingo dewe..xaxa. virus ini akan menginfeksi tanaman jika tanman itu terserang hama kutu daun.. kalau petani bilang "cabuk" da merah kuning hijau hitam dilangit yang biru dan dipantai minum kopi..nyasar.. xaxa OK Im Joke. tapi tentang kutu daun itu benar.. nah awalnya dari sini lah. maka itu pada fase ini kita kudu perhatian betul terhadap tanaman budidaya kita. amati.. lihat.. pahami.. simpulkan.. lalu kendalikan. jangan sampai terlambat maksimal 2 hari.. jika tampak ada hama menyerang.. maka segeralah lakukanlah pengompresan dengan bahan aktif Abamektine.. atau apalah yg sekiranya untuk hama cabuk ini.

Hal yang harus di perhatikan.. dalam pembuatan larutan pada fase vegetatif ini.. tidak di anjurkan untuk mencampur dengan fungisida apapun mereknya.. kecuali terdapat serangan jamur. larutan yang digunakan dapat di campur cukup dengan. air.. perekat.. ZPT.. pestidida untuk
hama target.. dan pupuk daun. Semua perbandingan sesuai dosis anjuran.

jadi rumusnya untuk fase vegetatif hanya :

Air.. Perekat..ZPT.. Pestisida.. Pupuk daun.

Untuk fase Generatif.. Bersambung .....xixixi

TEKNIK PEKARANGAN PRODUKTIF

Lingkungan rumah termasuk taman yang terdapat di dalamnya merupakan tempat untuk kita melakukan banyak hal, muali dari kegiatan bertanam, sebagai media melepas penat, sebagai penyejuk dan keindahan rumah, tempat bermain, tempat berkumpul, juga sebagai tempat berkreasi. seperti itulah fungsi taman yang kita harapkan.


Prinsip berkebun di taman rumah kita memang telah lama di gunakan sejak nenek moyang kita di indonesia mulai mengenal sistem bercocok tanam. segala sesuatu yang bermanfaat baik itu tanaman sayuran, tanaman herba, maupun tanaman buah di tanam di areal lingkungan rumah. sehingga sampai sekarang itu tetap di gunakan dan di jadikan sebagai ciri khusus taman di Indonesia.

Berkebun di lingkungan rumah khususnya taman sangatlah memberi nilai tambah dalam berbagai hal, baik itu nilai ekonomis  sampai dengan nilai estetika. di sini kami akan mencoba untuk memberikan sedikit gambaran tentang teknik berkebun dalam pekarangan produktif.


1. Menanam pohon buah- buahan.
Menanam pohon buah - buahan baik itu dengan stek, cangkok maupun dengan bibit dari biji dapat memberikan nilai tambah pada taman kita, selain dalam wilayah ekonomis, kesehatan, juga dapat memberikan nilai keindahan dan kesejukan di dalam taman. tanaman buah yang disarankan adlah tanaman yang tidak terlalu tinggi, dan terlalu besar. semua di setarakan dengan konsep taman yang kita bangun.

2. Membuat sistem budidaya hidroponik.
Cara menanam hidroponik sebenarnya sangat cocok untuk diterapkan di daerah perkotaan atau daerah urban, karena banyak manfaatnya diantaranya hemat tempat dan ramah lingkungan. Contoh tanaman hidroponik yang sangat mudah untuk di tanam dengan cara menanam hidroponik adalah jenis tanaman sayuran daun seperti sawi, kangkung, pakcoy, kailan, seledri, kemangi dan lain sebangainya.
Hal yang harus diperhatikan dalam cara menanam hidroponik adalah media tanam dan nutrisi hidroponik atau pupuk hidroponik. Pastikan media tanam cukup poros sehingga air dan nutrisi dapat di serap oleh akar tanaman tapi juga cukup kokoh untuk menopang tanaman hidroponik.

3. Menanam tanaman herbal beraroma.
Menanam tanaman herba yang memiliki aroma yang segar seperti kemangi, kenikir, sre, daun seledri, jeruk purut, dan tanaman rizhome akan memberikan kesan kesegaran. selain itu tanaman ini juga dapat di manfaatkan sebagai obat herbal dan juga pelengkap dalam bumbu dll.

Hal hal yang harus di perhatikan dalam pembuatan kebun di taman yaitu diantaranya

1. Memisahkan tanaman hias dan tanaman budidaya 
Hal ini mengapa penting di lakukan, agar taman di lingkungan rumah kita tertata rapi. selain itu juga dapat mencegah serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya.

2. Pembuatan screan house atau green house sederhana.
Hal ini boleh saja dilakukan tergantung dari luas tidaknya lahan atau taman di lingkungan kita. jika hal itu memungkinkan untuk kita buat, maka hal itu sangatlah berpearan dalam proses budidaya. screan house berperan sebagai pembatas atau filter antara tanaman budidaya dengan lingkungan luar. dan screan house juga merupakan salah satu media (ruang) untuk menciptakan tanaman yang bersifat Organik.

3. Mempersiapkan saluran irigasi
Hal ini  sangat penting dalam mendukung proses budidaya sistem taman. sistem irigasi yang baik akan membantu kita dalam merawat dan menjaga lingkungan kita agar tetap subur dan sejuk.

4. Penataan ruang.
Usahakan untuk tetap menjaga estetika dan keindahan taman di rumah kita. dan atur dengan perencanaan yang matang sehingga taman menjadi taman yang indah dan memiliki manfaat yang banyak dalam mendukung segala kebutuhan kita.

TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PISANG MAS

Pisang Mas merupakan sejenis pisang yang dituai dari pokok Pisang. Pisang Mas biasanya ditanam bagi mendapatkan buahnya. Nama sains pokok Pisang Mas ialah Musa acuminata Colla (AA Group) cv. 'Lady's Finger'.


Ia juga dikenali sebagai Musa acuminata Colla (AA Group) cv. 'Sucrier', Musa acuminata Colla (Sucrier Group) cv. 'Lady's Finger', Musa x paradisiaca L. cv. 'Lady Finger', Musa x paradisiaca L. cultigroup Sucrier cv. 'Doigt de Femme', Musa x paradisiaca L. cultigroup Saccharinus cv. 'Lady's Finger', Musa x paradisiaca L. cultigroup Saccharinus cv. 'Dedo de Dama', Musa acuminata Colla non L. (Sucrier Group) cv. 'Datil', Musa acuminata Colla non L. (Sucrier Group) cv. 'NiƱo', Musa acuminata Colla non L. (Sucrier Group) cv. 'Bocadillo'.

Pisang Mas  boleh ditanam dengan cara mengubah anaknya. Jarak tanaman anak Pisang mas yang ideal ialah 10 kaki X 10 kaki.Ditanam dalam bentuk barisan. Apabila ia menjadi perdu, maka perdu yang ideal ialah dengan menyimpan 3 hingga 4 pokok seperdu, termasuk anak. Anak Pisang mas yang kurang subur hendaklah di pangkas. Ini akan memaksimumkan kualiti buah pisang yang akan diperolehi. Ia juga bertujuan untuk mengelakan dari pokok yang tidak berkualiti memakan baja. Untuk tanaman komersil, saliran air hujan hendaklah lancar dan tidak bertakung. Pisang mas alah kepada air bertakung. Jika anda dapati daun pisang yang belum matang kelihatan seperti terbakar, itu adalah petanda bahawa dibawah tanah ada takungan air. Jika air bertakung lebih dari dua malam, daunnya akan jadi layu kekuningan dan akhirnya kecut kelihatan seperti terbakar.

Masalah utama petani Pmas adalah serangan penyakit barah ubi atau cancer ubi. Ini adalah kerana berbeza dengan penyakit lain,penyakit barah ini tidak boleh dirawat atau di sembuhkan secara total. Sebenarnya, jika diamati dengan teliti, tidak ada terdapat sebarang cacing atau perasit didalam ubi atau batang pisang yang sakit tersebut. Apabila Pmas terkena atau diserang penyakit barah ubi, ubi akan bertukar warna dari putih ke perang perangan dan kemerah merahan.Pada peringkat mula, ia akan menyerang ubi dan kemudian merebak ke batang pokok. Di peringkat serius, penyakit tersebut akan menjadikan ubi dan batang pokok yang telah sakit mengeluarkan lendir yang pekat dan berbau amat busuk. Daun daun yang belum matang akan menjadi layu dan terkulai. Pokok Pmas jadi kering dan mereput. Apa yang sangat menyedihkan dan merugikan adalah kerana petani tidak mengetahui pokok Pmas ini sudah dijangkiti semasa kecil atau dara. Tanda serangan ini hanya diketahui sebaik sahaja pokok hampir matang untuk mengeluarkan jantung, atau dalam tempoh lebih kurang enam hingga tujuh bulan selepas di tanam. Apabila ubi dan batang pokok Pmas yang sakit mengeluarkan lendir, pokok lain akan mudah dijangkiti hanya dengan terkena lendir tersebut sama ada melalui peralatan kerja, aliran air atau sentuhan akar di bawah tanah. Bagi petani yang menanam dengan jarak 15 kaki X 15 kaki risiko jangkitan melalui sentuhan akar akaqn dapat dielakan.


Setakat ini tidak ada kaedah yang berkesan yang boleh merawat atau menyembuhkan pokok Pisang mas yang telah terkena penyakit barah ubi. Langkah langkah berikut hanyalah bertujuan untuk mengawal dan mengurangkan risiko daripada dijangkiti penyakit barah ubi secara meluas diladang kita.
1) Pokok dan keseluruhan perdu yang telah terkena penyakit barah ubi hendaklah dikorek dan dibuang jauh dari kawasan ladang. Lubang tersebut hendaklah dibiarkan terdedah selama sekurang kurangnya 3 bulan sebelum ditanam semula.
2) Peralatan ladang seperti cangkul, parang dan penggali yang digunakan keatas pokok yang telah sakit hendaklah dibasuh dengan air dan di biarkan kering sekurang kurangnya semalaman sebelum digunakan semula.
3) Jika sekiranya paras tanah ladang tersebut rendah, parit parit gila (parit kecil sedalam satu kaki) hendaklah di gali supaya air hujan disalir ke parit besar dengan serta merta sebaik sahaja hujan turun. Lendir penyakit ubi merebak melalui aliran air kepokok Pisang mas lain.
4) Apabila mengubah benih, pastikan hanya anak yang diubah tidak dari kelompok perdu yang telah terkena penyakit. Jika benih diambil dari kebun atau sumber yang tidak pasti, jangan sekali kali ambil anak dari perdu yang tiada pokok sedang berbuah. Kemungkinan perdu tersebut sudah berpenyakit adalah tinggi. Ini adalah kerana semasa pokok tersebut masih anak atau peringkat dara, tanda tanda penyakit belum kelihatan.
5) Apabila pokok yang baru diubah berusia 3 hingga 4 bulan, masukan sesudu Furadan 5G Marshall kedalam pangkal kelopak daun nombor tiga kiraan dari pucuk. Amalan ini tidak boleh menyembukan penyakit cacing ubi tetapi sekurang kurangnya ini akan membantu pokok tersebut menahan diri dari terkena penyakit cacing ubi dari pokok lain.
6) Benih benih yang baru di korek, hendaklah dibiarkan dibawah matahari sekurang kurangnya seharian sebelum ditanam.

Secara kasar pokok Pisang mas terdiri daripada beberapa jenis. Diantaranya yang popular ialah Pmas batang putih dan Pmas batang merah. Sifat sifat Pisang mas batang putih ialah jenis pokoknya jenis rendah dan rendang. Buahnya bulat dan besar tapi pendek. Tandannya tidak panjang. Secara purata, pokok yang subur mengeluarkan buah purata lima hingga enam sikat semayam. Tempoh jangkamasa pokok jenis ini mula berbuah juga pendek iaitu diantara enam hingga lapan bulan selepas ditanam. Jangka hayat perdu Pisang mas putih tidak lama, lebih kurang empat hingga enam kali tebang. Selepas itu, perdu menjadi pupus dan mati. Kebiasaanya selepas tiga kali tuaian, pokok Pisang mas hendaklah diubah atau ditanam semula. Pokok Pisang mas jenis ini sangat popular dikalangan pengusaha pertanian pisang secara komersil kerana jangkamasa tuaian yang cepat dapat menjimatkan kos pengeluaran. Anak benih juga boleh diperolehi dengan mudah dan dalam kuantiti yang banyak.

Berikut Merupakan Cara Budidaya Pisang Mas

Pemilihan Lahan, tanaman pisang mampu tumbuh pada daerah dengan iklim Tropis Basah, Lembab dan Kering. Daerah tanam memiliki intensitas hujan 1520 – 3800 mm/tahun dengan dua bulan kering. Pisang tidak cocok ditanam pada tanah dengan kadar garam 0,07%, tanah tersebut harus cukup berhumus dan baik dalam sistem pengairan.

Penyiapan Bibit, pembibitan dengan cara vegetatif berupa tunas (anakan) dengan tinggi 1-1,5 m dan lebar potongan umbi 10-25 cm. Daun pada bibit masih berbentuk seperti pedang atau helai daun sempit. Setelah dibersihkan dari tanah, simpan bibit di tempat tedud dan lembab selama 1-2 hari sebelum ditanam. Buang daun lebar, selanjutnya rendam umbi bibit pada larutan POC NASA (1-2 tutup), HORMONIK (0,5 – 1 tutup), Natural GLIO (1 atau 2 sendok makan). Perendaman dilakukan sebatas leher batang dan jangan terlalu lama.

Persiapan Lahan, persiapan lahan dilakukan dengan cara membasmi gulma pada lahan pertanian. Selanjutnya gemburkan tanah untuk mempermudah pertumbuhan akar tanaman. Untuk lahan dengan tingkat kemiringan tinggi, sebaiknya dibuat sengkedan supaya lebih mudah dalam proses penanaman.

Penanaman, siapkan lubang tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm pada tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat. Campurkan 100 gr Natural GLIO dan pupuk kandang dengan campuran 25 – 50 kg pupuk kandang, untuk menjaga kelembaban percikan air secukupnya dan masukan ke dalam karung selama 1-2 minggu. Pisahkan tanah galian atas dari tanah galian bawah, campur tanah galian atans dengan campuran Natural GLIO dan Pupuk Kandang dengan dosis 0,5 – 1 kg. Masukan bibit dengan keadaan tegak lurus, selanjutnya tutup terlebih dahulu dengan tanah galian atas.

Pemupukan, Pupuk urea  207 kg/ha, Sp-36 138 kg/ha dan kcl 608 kg/ha, pemupukan ini dilakukan setelah tanaman berumur 6 bulan atau 2x dalam satu tahun.

Pemeliharaan Tanaman, pemotongan tunas dalam satu rumpun harus dilakukan untuk menjaga jarak tumbuh antar tanaman. Lakukan pemangkasan daun kering supaya kebun terlihat bersih. Penggantian tanaman dilakukan setelah tanaman berumur lima tahun.

Perawatan Buah, pemotongan jantung buah setelah berjarak 25 cm dari sisir terakhir, selanjutnya bungkus buah pisang dengan plastik bening Polietilen. Plastik pembungkus sebelumnya diberi lubang supaya terjadi pergantian udara, lubang dibuat dengan diameter 1,25 cm dengan jarak antar lubang 7,5 cm.

Panen, buah pisang siap dipanen jika daun bendera sudah mengering atau buah dengan umur 80-100 hari. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong buah sampai ke tandannya dengan jarak 30 cm dari sisir paling atas. Setelah dipotong, taruh tandanan dalam posisi terbalik untuk mengeringkan getah.

TEKNIK BUDIDAYA BUAH NAGA HITAM

Buah naga (Inggris: pitaya) adalah buah dari beberapa jenis kaktus dari marga Hylocereus dan Selenicereus. Buah ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan namun sekarang juga dibudidayakan di negara-negara Asia seperti Taiwan, Vietnam, Filipina, Indonesia dan Malaysia. Buah ini juga dapat ditemui di Okinawa, Israel, Australia utara dan Tiongkok selatan. Hylocereus hanya mekar pada malam hari.

Pada tahun 1870 tanaman ini dibawa orang Perancis dari Guyana ke Vietnam sebagai tanaman hias. Oleh orang Vietnam dan orang Cina buahnya dianggap membawa berkah. Oleh sebab itu, buah ini selalu diletakkan di antara dua ekor patung naga berwarna hijau di atas meja altar. Warna merah buah terlihat mencolok di antara warna naga-naga yang hijau. Dari kebiasaan inilah buah itu di kalangan orang Vietnam yang sangat terpengaruh budaya Cina dikenal sebagai thang loy (buah naga). Istilah Thang loy kemudian diterjemahkan di Eropa dan negara lain yang berbahasa Inggris sebagai dragon fruit (buah naga).

Pada umumnya, buah naga dibudidaya dengan cara stek atau penyemaian biji. Tanaman akan tumbuh subur jika media tanam porous (tidak becek), kaya akan unsur hara, berpasir, cukup sinar matahari dan bersuhu antara 38-40° C. Jika perawatan cukup baik, tanaman akan mulai berbuah pada umur 11-17 bulan. Kota Malang berada 400-700 dpl, sangat cocok untuk budidaya buah naga merah. Walaupun memiliki udara yang cukup sejuk, namun mendapatkan sinar matahari yang cukup merupakan syarat pertumbuhan buah naga merah.

Buah naga dapat berkembang dengan kondisi tanah dan ketinggian lokasi apapun, namun tumbuhan ini cukup rakus akan unsur hara, sehingga apabila tanah mengandung pupuk yang bagus, maka pertumbuhannya akan baik. Dalam waktu 1 tahun, pohon buah naga dapat mencapai ketinggian 3 meter lebih. Berdasarkan beberapa sumber, buah naga belum banyak dibudidayakan di Indonesia. Sementara ini, daerah Mojokerto, Jember, Malang, Pasuruan, Banyuwangi, Ponorogo, Kalibawang, Kulon Progo, dan Batam merupakan daerah yang telah membudidayakan tanaman ini.


Syarat tumbuh buah naga hitam secara umum sama dengan budidaya buah naga jenis lainnya. Buah naga hitam dapat tumbuh baik di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Keadaan lahan dan iklim di Indonesia sangat cocok untuk budidaya buah naga hitam ini. Jenis tanah yang cocok untuk mendukung budidaya adalah tanah yang gembur, porous (tidak becek), banyak mengandung bahan organik dan mengandung unsur hara, dengan pH tanahnya sekitar 5-7. Buah naga hitam, peka terhadap kekeringan dan akan membusuk bila kelebihan air, untuk itu penyiraman dan penyinaran matahari harus dipastikan cukup untuk mempercepat proses pembungaan.

Untuk persiapan lahannya

siapkan pancang atau tiang penopang, bisa menggunakan tiang dari kayu atau beton dengan ukuran 10 cm x 10 cm dengan tinggi 2 meter, yang ditancapkan ke tanah sedalam 50 cm. Ujung bagian atas dari tiang penyangga diberi ban penyangga untuk penopang cabang tanaman (sulur). Persiapkan juga lubang tanam dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m, sehingga dalam 1 hektar terdapat sekitar 1.600 lubang tanam penyangga. Disekeliling pancang/pohon penyangga dibuat 3-4 lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari pancang penyangga. Lubang tanam diberi pupuk kandang masak sebanyak 5-10 kg dicampur dengan tanah.

Pada umunya buah naga diperbanyak dengan cara stek dan penyemaian biji. Batang tanaman berukuran 20 cm di tanam dalam polibag dengan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setelah bibit berumur 3 bulan bibit siap dipindah/ditanam di lahan.

pohon buah naga

Proses pemeliharaannya agar tanaman tumbuh tegak dan teratur mengikuti tiang pancang, perlu diikat dengan menggunakan kawat alumunium, tali rafia atau tali lainnya. Pada tahap awal-awal penanaman, tanaman disiram 1-2 hari sekali. Harus diperhatikan agar air tidak kurang dan juga tidak berlebihan, satu lubang tanam biasanya diberi 4-5 liter air.

Pupuk natural hitam diberikan tiap dua minggu sekali dengan dosis 1 sendok teh tiap pohon. Juga diberi pupuk bunga yang terbuat dari destilasi air seni sapi tiap dua minggu sekali dengan dosis 10 cc per 1 liter air/pohon. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah memangkas cabang yang tidak produktif atau kerdil.

Masa panen dilakukan setelah 10 bulan sejak bibit ditanam, tanaman akan mulai berbunga dan berbuah. Sekitar 50 hari sejak bunga mekar, buah siap dipanen dengan ciri warna kulit merah mengkilap, jumbai atau sisik berubah warna dari hijau menjadi kemerahan. Musim panen raya buah naga pada bulan Oktober tiap tahun. Panen buah naga berturut-turut bisa dilakukan 6 sampai 7 bulan ke depan setelah bulan November.

Pada tahun pertama, 1 pancang/tiang penopang berisi 4 pohon buah naga bisa menghasilkan buah seberat 4 kg atau sekitar 6-7 ton buah naga untuk lahan seluas 2.500 m2 selama 6 sampai 7 bulan. (Rata-rata tiap bulan bisa dipanen 1 ton). Pada tahun berikutnya hasil panen bisa dua kali lipatnya, dan umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 15-20 tahun.

TEHNIK BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

Selama ini sektor agro di Indonesia, mengenal dua macam jenis padi. Yakni padi sawah yang ditanam di lahan sawah dan digenangi air, serta padi ladang atau padi gogo yang ditanam di lahan kering. Padi sawah ditanam dengan cara menyemai biji padi (gabah) di petak persemaian. Lahan persemaian diolah seperti biasa, kemudian benih padi yang sudah direndam air dan dikecambahkan ditebar di lahan yang telah disiapkan. Umur 2 minggu sd. 20 hari, semai dicabut untuk ditanam di petak penanaman yang juga sudah disiapkan. Lahan untuk menanam padi sawah, diolah dengan cara dibajak atau dicangkul dalam keadaan basah, kemudian digaru hingga menjadi hamparan lumpur yang rata dan siap untuk ditanami benih yang telah dicabut dari persemaian. Hingga apabila hujan mulai jatuh pada pertengahan Oktober, maka penanaman padi sawah paling cepat baru bisa dilaksanakan pada awal November. Sebab diperlukan penyiapan lahan persemaian, dan pengolahan lahan penanaman. Biasanya sambil menunggu benih semai cukup umur untuk dicabut, petani akan mengolah lahan penanaman.


Padi gogo atau padi ladang ditanam secara langsung di lahan kering. Para petani di Kalimantan biasanya memiliki lahan paling sedikit 20 hektar tiap KK. Dalam satu tahun mereka akan mengolah 1 hektar lahan. Demikian seterusnya hingga 20 tahun kemudian, kalau mereka kembali ke petak pertama, lahan sudah kembali menjadi hutan untuk ditebas, dibakar dan ditanami padi. Pola demikianlah yang sering disebut sebagai perladangan berpindah.  Penebasan hutan dilakukan dengan parang dan kapak. Kayu-kayu yang bagus akan mereka ambil untuk bahan bangunan, lainnya dibakar bersama dengan belukar dan rumput liar. Biasanya mereka menebas hutan pada bulan-bulan Juli dan Agustus, membakarnya pada bulan September dan bulan Oktober/November melakukan penanaman. 
Penanaman padi ladang dilakukan tanpa mengolah lahan (tanpa dibajak atau dicangkul), melainkan cukup dengan ditugal. Tugal adalah batang kayu berdiameter 5 sd. 10 cm. yang diruncingkan bagian ujungnya. Tugal ini digunakan untuk membuat lubang tanam. Ke dalam lubang tanam inilah dimasukkan antara 3 sd. 4 butir benih padi. Selanjutnya tanaman dibiarkan tumbuh secara alami. Padi ladang biasnya berumur panjang (padi dalam) yakni antara 5 sd. 6 bulan, dengan produksi rata-rata hanya sekitar 3 sd. 4 ton per hektar.
Sejak beberapa dasawarsa belakangan ini, Balai Penelitian Padi (Balitpa) di Sukamandi, Jawa Barat, sudah berhasil menciptakan padi-padi ladang yang berumur 4 bulan dengan tingkat produksi mencapai 5 ton per hektar. Selain itu, Balitpa juga menciptakan jenis padi gogo rancah. Misalnya verietas Fatmawati, Ciherang, Situbagendit, Singkil, Widas dan beberapa varietas lain. Padi gogo rancah adalah padi yang ditanam dengan cara ditugal seperti halnya padi ladang, namun kemudian diairi seperti halnya padi sawah pada umur-umur sekitar 1 bulan sampai saat menjelang panen. Padi gogo rancah, banyak ditanam oleh para petani di NTT dan NTB yang musim penghujannya sangat pendek. Untuk itu, para petani mengolah lahan dengan cara dicongkel dengan linggis atau garpu pada musim kemarau. Bongkahan tanah yang tercongkel dihancurkan dengan palu besar dari kayu. Selanjutnya, lahan diratakan menggunakan garu (garpu). Pada saat hujan turun pertama, petani langsung menugal dan menanam benih, seperti halnya pada penanaman padi ladang. Setelah hujan turun beberapa kali dan tanah menjadi lunak, petani akan membuat pematang dan saluran air. Sekitar 1 bulan kemudian, hujan akan turun dengan optimal. Pada saat itulah tanaman padi sangat membutuhkan air. Karena pematang dan saluran air sudah siap, maka sawah pun tergenangi dengan sempurna. Sejak itu, padi dipelihara seperti halnya padi sawah biasa. Dua bulan kemudian, hujan sudah akan berhenti. Pada saat itu, lahan sawah memang memerlukan pengeringan untuk mempercepat pemasakan bulir padi dan mengurangi kadar air pada gabah.


Hasil padi gogo rancah per hektar, bisa sama dengan padi sawah, yakni sekitar 5 sampai dengan 6 ton per hektar per musim tanam. Pola penanaman gogo rancah, bisa sangat menolong para petani di NTT dan NTB. Kadangkala, panen bisa berlangsung pada saat hujan masih turun sedikit-sedikit. Pada saat itulah para petani di NTT dan NTB memanfaatkan lahan bekas padi ini untuk menanam kedelai. Dulu para petani cukup menebar benih kedelai sehari sebelum panen. Pada saat panen, biji kedelai akan terinjak-injak kaki di tanah yang masih basah. Selanjutnya kedelai akan tumbuh dengan memanfaatkan sisa-sisa hujan dan pupuk tanaman padi. Saat ini penanaman kedelai sudah dilakukan dengan cara ditugal pada bekas areal padi. Tonggak-tonggak jerami tetap dibiarkan pada saat penanaman kedelai. Dengan cara ini, para petani di kawasan yang ekstrim kering pun dapat mengoptimalkan lahan sawah mereka. Pengolahan lahan pada musim kemarau memang sangat berat. Namun dengan pemanfaatan traktor, minimal traktor  tangan, petani bisa cukup banyak diringankan. Kendala lain dari budidaya gogo rancah adalah faktor gulma. Hingga pemanfaatan herbisida selektif menjadi mutlak diperlukan.
Tahun 2003 yang silam, para petani di Jawa banyak yang mengalami kegagalan panen pada padi gadu (padi musim tanam kedua) mereka. Sebab ketika itu musim tanam padi rendengan berjalan normal hingga bulan-bulan Januari/Februari sudan panen. Bulan Januari 2003 hujan sama sekali tidak turun selama 1 bulan. Beda dengan Januari 2002 yang bercurah hujan tinggi hingga Jakarta mengalami banjir besar. Karena bulan Februari dan Maret hujan kembali turun cukup lebat, petani pun menyemai benih dan sebulan kemudian, Maret/April, mereka menanam padi gadu. Namun bulan Mei hujan langsung berhenti. Hingga banyak petani yang mengalami puso (gagal panen). Keterlambatan tanam pada tahun 2003/2004, disebabkan oleh hujan yang baru turun lebat pada bulan November 2003, hingga aliran irigasi baru normal pada bulan Desember 2003. Sebab waduk-waduk di Jawa, selama kemarau 2003 mengalami krisis air cukup berat, bahkan lebih berat dibanding dengan kemarau panjang pada tahun 1997. Akibatnya petani baru mulai bisa menyemai benih pada bulan-bulan Desember 2003 dan Januari 2004. Kalau tahun 2004 ini musim hujan berjalan normal, maka sulit bagi para petani untuk bisa menanam padi gadu.
Kondisi iklim di Jawa, kecenderungannya akan semakin ekstrim pada tahun-tahun mendatang. Kalau petani di Jawa, terutama di lahan sawah tadah hujan, mulai memanfaatkan padi gogo rancah, maka kemungkinan resiko puso akibat kekeringan bisa dihindari. Demikian pula keterlambatan tanam seperti tahun ini juga bisa dihindari. Sebab petani sudah bisa mengolah lahan pada bulan Agustus 2003. Bulan Oktober sebenarnya sudah mulai turun hujan hingga petani bisa menanam benih dengan cara ditugal. Bulan November hujan sudah cukup lebat, hingga dengan pematang dan saluran air yang baik, air hujan sudah bisa menggenangi sawah. Dengan pola ini, bulan Januari 2004, petani di Jawa sudah bisa panen padi rendengan. Hingga penanaman padi gadu pun bisa segera dilangsungkan untuk dipanen pada bulan-bulan April dan Mei 2004. 
Di Daerah Jawa, Khususnya Ngambarsari, dan daerah luar Jawa seperti Sulawesi Selatan tercatat sebagian lahannya sawah tadah hujan yang hanya dapat ditanami sekali setahun. Pertanaman padi di areal tersebut sering kali gagal panen karena mengalami kekurangan air, baik untuk pengolahan tanah maupun untuk pertumbuhan tanaman. Petani pada umumnya menunggu sekitar dua bulan sejak turunnya hujan untuk melakukan pengolahan tanah karena pada waktu tersebut air sudah menggenangi sawah. Akibatnya waktu tanam tertunda, sehingga pada fase pertumbuhan generatif, tanaman sering mengalami kekeringan dan gagal panen.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi ancaman kekeringan pada lahan sawah tadah hujan adalah dengan sistem bertanam padi gogorancah. Sistem ini berarti bercocok tanam padi di sawah pada musim hujan, dengan menerapkan gabungan antara sistem gogo dan padi sawah. Sistem ini juga cocok untuk lahan beririgasi yang mendapat pengairan terlambat.
Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem budidaya padi gogo rancah seolah-olah kita anggap tanaman padi seperti tanaman palawija. Sehingga kebutuhan air dalam sistem ini sangatlah minim. Sistem budidaya padi gogo biasanya dilakukan pada tanah-tanah yang kering atau tanah tadah hujan. Kelebihan sistem tanam gogo rancah dibanding sistem sawah diantaranya adalah penghematan tenaga kerja tanam, penghematan tenaga kerja pemeliharaan dan tentunya lebih menghemat waktu. Adapun kekurangan cara tanam gogo rancah adalah produksi yang dihasilkan tidak sebesar dengan sistem tanah sawah.

Tahab – Tahab Budidaya
A. Penyiapan lahan
  1. Tanah diolah pada kondisi kering sebelum musim hujan.
  2. Peningkatan produktivitas, tanah perlu diberi bahan organik (pupuk hijau, pupuk kandang, kompos) sebanyak 5-10 t/ha.
  3. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara olah tanah sempurna (OTS), olah tanah minimum (OTM), dan atau tanpa olah tanah (TOT).
B. Penanaman
  1. Waktu tanam secara tepat dengan memperhitungkan hujan karena akan menentukan keberhasilan padi gogo. • Penanaman dilakukan dengan cara tugal (4-5 biji/lubang).
  2. Benih yang dibutuhkan adalah 40 kg/ha untuk monokultur.
  3. Jarak tanam 40 x 15 cm atau 30 x 30 cm.
  4. Lokasi baru yang banyak terdapat ulat grayak, uret, dan lalat bibit, benih perlu dicampur dengan insektisida butiran Furadan atau Dharmafur dengan takaran 2 kg/20 kg benih.
  5. Penanaman padi gogo dapat dilakukan bersama tanaman lain.
C. Pemupukan
  1. Urea, SP36, dan KCl sesuai kesuburan tanah setempat.
  2. Urea diberikan ½ bagian pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tugal bersama dengan keseluruhan takaran SP36 dan KCl.
  3. Sisa urea diberikan saat tanaman berumur + 40 hari setelah tugal.
  4. Pemberian pupuk disertai dengan penyiangan.
  5. Seluruh pupuk diisikan dalam larikan yang dibuat sepanjang baris tanaman pada saat tanah dalam kondisi lembab, kemudian tutupkembali dengan tanah atau dengan cara tugal pada jarak + 5 cm dari lubang tanam sedalam 7 cm.
D. Pengendalian gulma
  1. Pada saat pengolahan tanah.
  2. Penyiangan manual secara rutin menggunakan sabit, parak.
  3. Penggunaan herbisida.
E. Pengendalian hama dan penyakit
  1. Hama: Lundi/uret, lalat bibit, penggerek batang, wereng coklat, walang sangit, dan tikus.
  2. Penyakit: Blast dan bercak coklat.
  3. Tanda- tanda serangan organisme pengganggu sama dengan tanda- tanda serangan pada padi sawah. Demikian pula cara- cara pengendaliannya mengikuti anjuran setempat.
F. Panen
  1. Dilakukan sebaiknya pada fase masak panen dengan ciri kenampakan 90% gabah sudah menguning.
  2. Panen pada fase masak lewat panen, yaitu saat jerami mulai mengering, pangkal malai mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah rontok saat panen.
  3. Sebaiknya panen dilakukan dengan sabit bergerigi dan perontokan dengan pedal tresher.
  4. Perontokan dengan memukul-mukul batang padi pada papan sebaiknya dihindari, karena menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar sampai 3,4%.

Budidaya Tanaman Lada



Lada atau merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di Dunia Lama. Pada masa lampau harganya sangat tinggi sehingga menjadi salah satu pemicu penjelajahan orang Eropa ke Asia Timur untuk menguasai perdagangannya dan, dengan demikian, mengawali sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika.

Budidaya Tanaman Lada


Di Indonesia, lada terutama dihasilkan di Pulau Bangka. Lada disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Banjar, Melayu Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain.


Budidaya Tanaman LadaKlasifikasi ilmiah
Kerajaan:     Plantae
   Divisi:     Magnoliophyta
      Kelas:     Magnoliopsida
         Ordo:     Piperales
            Famili:     Piperaceae
                Genus:     Piper
                    Spesies:     P. nigrum
       Nama binomial
       Piper nigrum L.

SYARAT TUMBUH
Tanaman lada tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian mulai dari 0-700 m di atas permukaan laut (dpl). Penyebaran tanaman lada sangat luas berada di wilayah tropika antara 200 LU dan 200 LS, dengan curah hujan dari 1.000-3.000 mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai hari hujan 110-170 hari per tahun, musim kemarau hanya 2-3 bulan per tahun. Kelembaban udara 63- 98% selama musim hujan, dengan suhu maksimum 35oC dan suhu minimum 20oC. Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara cukup, drainase (air tanah) baik, tingkat kemasaman tanah (pH) 5,0-6,5.

Budidaya Tanaman Lada

TEKNOLOGI BUDIDAYA
Bahan Tanam

Tanaman lada dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, dan vegetatif dengan setek. Perbanyakan menggunakan setek lebih praktis, efisien dan bibit yang dihasilkan sama dengan sifat induknya. Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah (cabang buah).

Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat tanaman penegak, mempunyai cukup akar lekat pada setiap
buku, apabila ditanam akan menghasilkan tunas dan akar lekat yang dapat langsung melekat pada penegak lada.

Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3-4 tahun).

Sulur tanah adalah sulur yang tumbuh merayap dipermukaan tanah, akar lekatnya terbatas, tiap buku tidak
keluar akar, apabila di tanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3-4 tahun).

Sulur buah (cabang buah) adalah cabang buah, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan cepat
menghasilkan buah, tetapi tanaman lada tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak,
perakarannya dangkal, mudah stres apabila ketersediaan air tanah terbatas, keluarnya cabang buah cepat, pada umur 1 tahun sudah menghasilkan buah.

Bahan tanaman lada untuk bibit dapat berasal dari setek pendek maupun setek panjang. Setek pendek satu
ruas berdaun tunggal dari sulur panjat (Gambar 1) memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat menyediakan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relatif cepat, menghemat penggunaan bahan tanaman dan seragam. Bibit lada asal setek satu ruas berdaun tunggal sebaiknya lebih dahulu disiapkan dipersemaian, setelah ditanam di kebun memiliki beberapa kelebihan dibandingkan bibit tujuh ruas asal sulur panjat, sulur tanah dan sulur gantung yang ditanam langsung. Tanaman asal bibit dari setek satu ruas berdaun tunggal asal
sulur panjat yang telah disemaiakan di polibag memiliki kelebihan yaitu hanya memerlukan sedikit penyulaman, cabang generatif lebih banyak dan lebih cepat berbunga (2-3 tahun)

Penggunaan setek panjang 5-7 ruas yang langsung ditanam di lapang menanggung resiko kegagalan cukup besar dan sering menimbulkan kesulitan karena jumlah kebutuhan bibit yang banyak, sehingga cara ini kurang ekonomis.Sementara setek pendek 1 ruas berdaun tunggal yang disemai selama tiga bulan menunjukkan pertumbuhan di lapang lebih baik dibandingkan setek panjang 5-7 ruas yang ditanam langsung.

Lihat juga hama dan penyakitnya >>

Budidaya Tanaman Bawang Merah Dengan Biji

Bawang merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) adalah sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan Asia Tenggara dan dunia. Orang Jawa mengenalnya sebagai brambang. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan adalah umbi, meskipun beberapa tradisi kuliner juga menggunakan daun serta tangkai bunganya sebagai bumbu penyedap masakan. Tanaman ini diduga berasal dari daerah Asia Tengah dan Asia Tenggara.

Budidaya Tanaman Bawang Merah Dengan Biji

Deskripsi

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai dengan 50-200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berlubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang, lebih tinggi dari daunnya sendiri dan mencapai 30-50 cm. Bunga bawang merah termasuk bunga sempurna yang tiap bunga terdapat benang sari dan kepala putik. Bakal buah sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah yang disebut carpel, yang membentuk tiga buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 calon biji.Buah berbentuk bulat dengan ujung tumpul. Bentuk biji agak pipih. Biji bawang merah dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif.
Budidaya Tanaman Bawang Merah Dengan Biji

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:     Plantae
   Divisi:     Magnoliophyta
      Kelas:     Liliopsida
         Ordo:     Asparagales
            Famili:     Amaryllidaceae
               Genus:     Allium
                   Spesies:     A.cepa
        Nama binomial
        Allium cepa L.

Bawang merah mengandung vitamin C, kalium, serat, dan asam folat. Selain itu, bawang merah juga mengandung kalsium dan zat besi. Bawang merah juga mengandung zat pengatur tumbuh alami berupa hormon auksin dan giberelin. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dan senyawa alliin. Senyawa alliin oleh enzim alliinase selanjutnya diubah menjadi asam piruvat, amonia, dan alliisin sebagai anti mikoba yang bersifat bakterisida. 

Budidaya Tanaman Bawang Merah Dengan Biji

Banyak orang berpendapat, bawang merah merupakan tanaman yang hanya cocok di dataran menengah hingga tinggi. Hal ini tidak mengherankan karena sentra bawang merah tanah air kebanyakan yang berada di dataran menengah. Pendapat ini sebenarnya sangat keliru, karena bawang merah sebenarnya merupakan tanaman dataran rendah hingga menengah. Tanaman ini hanya tumbuh dengan optimal pada ketinggian 0 - 800 meter dpl.

Budidaya Tanaman Cabai Rawit



Cabai rawit atau cabai kathur, adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird's eye chili pepper.

Budidaya Tanaman Cabai Rawit

Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya lebih kecil daripada varietas cabai lainnya, ia dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 - 100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan varitas cabai lainnya.

cabai rawit adalah termasuk bahan bumbu utama dalam memasak. Cabai rawit ini banyak permintaannya, selain itu harganya juga mahal. Sehingga ketika usaha cabai rawit ini ditekuni maka akan mendapatkan keuntungan yang besar, karena dalam menanam cabai rawit yang benar maka akan menghasilkan buah yang memuaskan.

Budidaya Tanaman Kakao



Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.

Budidaya Kelapa Sawit

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.
Bunga kakao tumbuh dari batang.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.



Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:     Plantae
     Divisi:     Magnoliophyta
          Kelas:     Magnoliopsida
              Ordo:     Malvales
                   Famili:     Malvaceae
                                 (Sterculiaceae)
                          Genus:     Theobroma
                               Spesies:    T. cacao
                                    Nama binomial :    Theobroma cacao


Budidaya Kelapa SawitKakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.

Langkah Langkah Budidaya

1. Persiapan Lahan

- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)

2. Pembibitan
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanaman
a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam
- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di samping ini :


Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

5. Pengendalian Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

6. Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

7. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.

8. Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.

Budidaya Tanaman Karet



Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.

Budidaya Kelapa Sawit

Klasifikasi Tanaman Karet 

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Euphorbiales
                             Famili: Euphorbiaceae
                                 Genus: Hevea
                                     Spesies: Hevea brasiliensis Muell. Arg


Budidaya Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Karet

- Suhu udara 240C - 280C.
- Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
- Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
- Kelembaban tinggi
- Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
- Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
- Ketinggian lahan 200 m dpl.

Pengolahan Media Tanam

a. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan bersihkan dari sisa akar.
b. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam.
c. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak.
e. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan diperkeras.

Cara Penanaman Karet

a. Pola tanam karet terdiri atas :
0 - 3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele
> 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo
b. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)
Lubang tanam :
- okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm
- okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm
c. Cara Penanaman
- Masukkan bibit dan buka plastiknya dalam lubang tanah dan biarkan 2-3 minggu.

Pemeliharaan Tanaman Karet

a. Penyulaman
Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun.

b.Hama dan Penyakit

1. Kutu tanaman (Planococcus citri)
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
2. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona

Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara lain :
1. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium salmonicolor),
2. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
3. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
4. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa)

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:
- Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
- Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro - mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat
- Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
- Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
- Bagian yang terserang segera dimusnahkan
- Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
- Pisau sadap steril
- Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

Panen Karet

Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun.

Budidaya Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Budidaya Kelapa Sawit


Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:
  •     Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  •     Mesoskarp, serabut buah
  •     Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Syarat Tumbuh

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. 

Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
  •     Dura,
  •     Pisifera, dan
  •     Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.

Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan. Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar (Dalimunthe, 2009).
Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).

Pembibitan Awal (Pranursery)

Pembibitan awal (prenursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Selanjutnya, bibit tersebut dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama 10-12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di prenursery dan 9-11 bulan di main nursery) (Sunarko, 2009).
A. Persyaratan Lokasi
Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah 30 sehingga pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon. Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak pembibitan. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber media dengan topsoil yang cukup untuk mengisi babybag (polibag kecil), tanah tidak bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi, 2007).
B. Pemesanan Kecambah
Seleksi dilakukan dengan memilih penggunaan kecambah yang baik dan dapat mencukupi kebutuhan. Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143 pohon membutuhkan kecambah 220 biji dengan asumsi kecambah yang mati dan abnormal sekitar 25% untuk kebutuhan penyulaman sekitar 10%. Waktu pemesanan kecambah diatur agar kecambah sudah tertanam di babybag prenursery 13-14 bulan sebelum penanaman di lapangan (Steko, 2010).
Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa menggunakan polibag kecil berwarna putih. Polibag berukuran panjang 14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam dengan ukuran14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan berupa campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1 atau campuran pasir, pupuk kandang, dan topsoil dengan komposisi 1:1:3. Bedengan pembibitan prenursery dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Satu petak prenursery tanki siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-800 babybag kecambah (Subiantoro, 2003).
C. Penanaman Kecambah
Letakkan kecambah di tempat yang teduh, kemudian segera tanam ke dalam baybag. Kecambah hanya dapat bertahan 3-5 hari di tempat penghasil kecambah. Dua hari menjelang penanaman kecambah, media tanam yang berada di dalam babybag harus disiram setiap pagi. Gemburkan permukaan media dengan jari telunjuk atau dengan ibu jari, kemudian buat lubang untuk meletakkan kecambah. Masukkan kecambah sedalam 1,5-2 cm di bawah permukaan tanah, lalu ratakan kembali hingga menutup kecambah tersebut. Bagian bakal akar (radikula) yang berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning harus mengarah ke bawah dan bakal daun (plumula) yang bentuknya agak tajam dan berwarna kuning muda mengarah ke atas (Subiantoro, 2003).
D. Naungan
Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan. Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).
E. Penyiraman dan penyiangan
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, yakni pada pagi hari saat pukul 06.00-10.30 dan sore hari dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di babybag menggunakan tangan. Penyiangan sebaiknya dilaksanakan dua minggu sekali. Rumput dikumpulkan di antara bedengan agar kering terkena sinar matahari (Sunarko, 2009).
F. Pemupukan
Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali (Sunarko, 2009).

Penanaman Di Lahan

Pertama, Persiapan lahan
Biasanya kelapa sawit sering ditanam pada lahan bekas hutan yang baru akan dibuka untuk pertanian, ada juga lahan bekas perkebunan karet atau lainnya, ataupun bekas tanaman kelapa sawit yang sudah tua dan akan dilakukan peremajaan kembali. Sekarang kenali dulu calon lahan yang akan anda tanami..

Untuk persiapan lahan perlu dilaksanakan proses pembukaan lahan yang secara mekanis, pada bekas hutan atau bekas tanaman lain seperti karet dan sebagainya terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.
Sedangkan pada pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan telah kering lalu dibakar; d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).

Kedua, Pemancangan
Maksud pemancangan adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m yang nantinya populasi tanaman sekitar 122 pohon. Ada juga petani yang menggunakan teknik mata lima atau anda langung mengukur jarak tanam 8m x 9m atau bahkan 8m x 8m. Berapanpun ukuran jarak yang akan akan jadikan patokan dalam penanam seharusnya tidak terlalu rapat karena akan mempengaruhi produksifitas pohon tersebut. Jadi jangan memaksakan untuk menanam populasi pohon sawit terlalu banyak dengan mempersempit jarak tanam, hal ini yang akan berakibat fatal.

Budidaya Kelapa Sawit
Ketiga, Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.

Keempat, Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Siapkan bibit yang siap tanam pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.